Rabu, 10 Juli 2013

Buletin SKDR/EWARS Provinsi Sulawesi Selatan Periode Januari s/d Juni 2013 Tahun 2013.

Salam EWARS,

Berikut ini kami lampirkan hasil analisis data mingguan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) penyakit potensial KLB Provinsi Sulawesi Selatan periode Januari s/d Juni 2013, mudah-mudahan bermanfaat.



Tabel diatas menunjukkan bahwa Kab Tana Toraja hingga saat ini belum mengirim data mingguan, ini terlihat dari persentase kelengkapan dan ketepatan laporan masih 0%. Kab. Bone mempunyai masalah serupa dengan kelengkapan laporan 19.1% dan ketepatan laporan 3.4%. begitu juga dengan Kab. Luwu Timur dan Toraja Utara. Hal ini sangat berpengaruh pada persentase kelengkapan dan ketepatan laporan  ditingkat Provinsi karena Kab/Kota tersebut memiliki jumlah puskesmas yang banyak.
Kab/Kota yang memiliki Kinerja yang baik dan patut di apresiasi adalah Kab. Wajo, Soppeng, Sinjai, Sidrap, Parepare, Maros, Makassar, Bantaeng dan Barru.







Jumlah alert yang timbul pada tingkat Puskesmas selama periode minggu 1 s/d 26 dapat disimpulkan bahwa jumlah alert penyakit demam yang tidak diketahui sebabnya memiliki jumlah alert sebanyak 735 kali, ILI sebanyak 671 kali, GHPR sebanyak 524 kali, susp. Typoid 383 kali, diare akut sebanyak 326 kali, susp. campak 266 kali. 
Setiap alert yang terjadi diatas merupakan indikasi KLB, tersebar pada 413 unit Puskesmas yang diharuskan melapor setiap minggunya. Setiap alert ditingkat Puskesmas diharuskan melakukan verifikasi, jika verifikasi laporan benar, maka diharapkan untuk mengambil langkah-langkah untuk melakukan respon KLB (pelaporan, tatalaksana, kes. masyarakat) secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Kab/Kota, Provinsi, hingga tingkat Pusat, tergantung dari luas dan besaran KLB.

Analisis Trend Penyakit







Permasalahan yang dihadapi :
  1. Beberapa Kab/Kota masih memiliki persentase kelengkapan dan ketepatan laporan SKDR yang rendah/dibawah indikator yaitu Kab. Tana Toraja, Kab. Bone, Luwu Timur, Toraja Utara, Takalar, Gowa dan Jeneponto.
  2. Rendahnya persentase kelengkapan dan ketepatan laporan tersebut disebabkan antara lain karena bermasalahnya software dan hardware ditingkat Kab/Kota, disamping itu, mutasi petugas dan beban kerja yang tinggi.
  3. Alert yang timbul sebagian besar belum dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium.
  4. Sebagian Kab/Kota tidak secara rutin melakukan analisis laporan mingguan, sehingga alert palsu yang timbul tidak teranalisis sehingga tidak sempat diverifikasi dan buletin feedback ke Puskesmas belum sepenuhnya berjalan.
  5. Khusus untuk ILI (Influenza Like Illness), beberapa Kab/Kota masih memasukkan ISPA kedalam ILI, sehingga kasus ILI sangat tinggi.
Upaya yang telah dilakukan :
  1. Supervisi suportif SKD KLB ke 24 Kab/Kota 
  2. Feedback berupa persuratan kepada Bupati/Walikota dan Kepala Dinas Kesehatan mengenai kelengkapan dan ketepatan laporan mingguan.
  3. Penyampaian didalam forum pertemuan surveilans tingkat Provinsi dan Kab/Kota.
Rekomendasi :
  1. Meningkatkan ketepatan dan kelengkapan laporan mingguan SKDR
  2. Diharapkan kepada Kab/Kota untuk mengalokasikan anggaran melalui APBD khusus untuk kegiatan SKD dan Respon.
  3. Mempelajari kembali algoritma penyakit dan definisi operasional khususnya untuk ILI.
  4. Feedback harus tetap berjalan dari Dinas Kesehatan Kab/Kota ke Tingkat Puskesmas.
  5. Penguatan jejaring dengan Laboratorium daerah yang ada di Kab/Kota.

Sumber : Seksi Pengamatan Penyakit, Imunisasi dan Kes. Matra, Bidang P2PL, Dinkes Prov. Sulsel, Tahun 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar